Ketika suatu malam aku
bertemu sepi dan dia bertanya “mengapa kau masih sendiri?”
Aku terdiam lalu mulai berdalih “entahlah, mungkin lebih baik
begini”
Sepi tertawa dan tatapannya sinis, jelas sekali ia mengejek “rupanya kau senang
berteman denganku”
Sepi tertawa dan tatapannya sinis, jelas sekali ia mengejek “rupanya kau senang
berteman denganku”
Aku akhirnya ikut tertawa miris, di dalam hati aku juga menyimpan
Tanya bagaimana rasanya bertemu dengan perasaan yang lain lagi. Jujur saja aku
pernah merasa bosan dan jenuh hanya berteman sepi.
Hanya satu keyakinan, sepi tak pernah abadi mungkin nanti cinta dan bahagia datang dan masuk ke dalam hidupku.
Hanya satu keyakinan, sepi tak pernah abadi mungkin nanti cinta dan bahagia datang dan masuk ke dalam hidupku.
“jika memang kau sudah bosan berteman denganku, pergilah cari
kebahagiaanmu!” suara sepi terdengar menghentak-hentak gendang telinga.
Sedangkan aku masih bergulat bersama sepi saling beragumentasi dan egois menguasai diri.
Sedangkan aku masih bergulat bersama sepi saling beragumentasi dan egois menguasai diri.
“untuk apa bahagia
dicari? Dia juga akan datang sendiri.” Aku berusaha bertahan meski tahu
kata-kataku tak cukup meyakinkan.
Semakin keras saja tawa
sepi, kemudian dia berucap bersama perihnya kelirihan sepi “kau terlalu naïf
anak muda, cinta dan bahagia tidak akan menghampirimu seperti aku! Dan
kedatanganku ini hanya untuk membuatmu sadar bahwa berdiam diri tidak akan
membuatmu lepas dariku!.”
Lalu pada detik lainnya, aku mulai tersadar bahwa perkataan sepi
benar. Aku mulai memikirkan bagaimana indahnya berteman cinta dan bahagia meski
aku juga takut berteman luka dan kembali bertemu sepi.
“kau tidak akan pernah tahu rasanya jika kau hanya menerka-nerka
anak muda” Sepi kembali berkata di antara lamunanku.
Sekali lagi aku membenarkan apa yang dikatakan sepi.
“benar! Mungkin ini saatnya untuk mencoba.”
Sekali lagi aku membenarkan apa yang dikatakan sepi.
“benar! Mungkin ini saatnya untuk mencoba.”
Pada akhirnya Sepi
tersenyum dan dengan perlahan memudar hingga nyaris tak menampakkan wujudnya.
Karena aku sudah mulai berteman harapan yang berkobar-kobar untuk berteman juga
dengan cinta dan bahagia sekaligus menepis kemungkinan berteman luka.
Sepi benar-benar pergi,
namun sebelum bayangnya benar-benar menghilang dariku ia sempat berkata
tepatnya terdengar seperti nasihat “apapun yang terjadi tetaplah kuat karena
tak mudah untuk berteman dengan sepi dan bahagia, anak muda.”
No comments:
Post a Comment