Sunday 14 June 2015

Laskar Tikus



 Disuatu kota yang bernama kota Batavia. Kota ini dijuluki kota tikus, karena dikota ini dipenuhi oleh ratusan, bahkan ribuan ekor tikus. Dan disuatu malam yang dingin karena turunnya hujan, terpikirlah rasa keinginan untuk menghancurkan para tikus. Ia adalah Prof. Jono, ia merupakan profesor terhebat dikota ini. Tanpa berfikir banyak, sang profesor pun mencari dan menangkap salah satu tikus yang ada dikota ini. Dan ia membawa seekor tikus tersebut kedalam lab penelitiannya.

Tikus yang diambil oleh si profesor merupakan tikus tercerdas dikota ini. Ia adalah Atikus Ni Colombus, ia juga merupakan lulusan terbaik dan bahkan paling baik diuniversitas yang ada dikota ini. Dan Atikus adalah pemimpin dari salah satu organisasi para tikus, yang bernama Laskar Tikus.

Pada saat penelitian percobaan dimulai, Atikus disuntik bius oleh sang profesor. Dan Atikus hanya bisa pasrah dan ia menjadi tidak berdaya. Pada saat si profesor mulai mencoba memasukan beberapa cairan kimia kedalam tubuh Atikus, tanpa disadari, sang profesor salah memasukan urutan cairan kimia. Dan tubuh Atikus dengan sangat cepat menyerap segala cairan yang dimasukan oleh si profesor. Sang profesor-pun bingung, ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Dan akhirnya si profesor memutuskan untuk membawa pulang dan berniat ingin mengembalikan Atikus seperti semula.

Diperjalanan si profesor dihadang oleh beberapa orang perampok yang menggunakan motor. Sang profesor-pun memberhentikan mobilnya dan berniat untuk pasrah. Namun, tanpa disadari, Atikus berubah menjadi sebesar manusia, mata sorot tajam, mempunyai tubuh yang kekar, lalu dijarinya terdapat kuku-kuku yang tajam, dan mempunyai tangan serta kaki  layaknya manusia, tetapi agak sedikit berbeda. Sang profesor dan para perampok-pun kaget melihat Atikus. Tanpa banyak pikir, Atikus dengan sadisnya menghabisi para perampok dengan kuku-kukunya. Lalu sang profesor dan Atikus melanjutkan perjalanan menuju rumah, dan selama diperjalanan, mereka berdua berbincang-bincang, dan tanpa disadari Atikus bisa berbicara layaknya manusia.

Sesampainya dirumah, sang profesor mengatakan kepada Atikus, bahwa Atikus adalah calon pahlawan dikota Batavia atau kota tikus. Dan sang profesor-pun membuat baju untuk dipakai Atikus. Atikus-pun berbicara bahwa ia ingin sekali membereskan kekacauan yang ada dikota ini.Keesokan harinya, sang profesor membawa Atikus kekantor kepolisian yang ada dikota ini. Dan ia ingin mendaftarkan Atikus sebagai salah satu dari penegak hukum dikota ini.

Setelah sebulan ia menjadi salah satu dari kepolisian, sang profesor ditembak mati dilab penelitiannya oleh penjahat yang belum diketauhi. Atikus-pun kesal dan ingin membalaskan dendamnya, dengan bantuan para Laskar Tikus dan kepolisian untuk melacak siapa dan dimana penjahat tersebut. Dan setelah ia mendapatkan informasi dari para Laskar Tikus, dengan cepat kepolisian dan Atikus menyerang tempat penjahat itu bermarkas. Dan ternyata penjahat tersebut ialah manusia berkepala bebek, dan tangan kakinya menyerupai bebek. Dan ia bermarkas disebuah gorong-gorong bawah tanah dikota ini. 

Atikus-pun menyerang markas manusia bebek. Dan ternyata sulit untuk langsung berhadapan dengan si manusia bebek, karena harus menghadapi para bebek-bebek yang bersenjata. Tidak hanya kepolisian dan Atikus, ternyata para Laskar Tikus-pun ikut membantu. Mereka menyerang dengan menggunakan strategi tipuan. Dan akhirnya para pasukan bebek tersebut kalah, dan tinggal menghadapi si manusia bebek. Atikus bertekat untuk membalaskan dendamnya, dengan menghadapi sendirian si manusia bebek.

Ketika mereka berdua berhadapan, terjadilah pertempuran antara keduanya. Dengan susah payah Atikus terus melawan serangan demi serangan yang diberikan si manusia bebek. Dan dengan kekuatan lompatan dan kuku yang dimiliki Atikus, ia mampu menghabiskan si manusia bebek tanpa ampun. Dan akhirnya, Atikus-pun dapat membasmi sekaligus menyelesaikan ambisinya tersebut. Karena kepahlawanan Atikus membasmi para penjahat, warga kota-pun mulai mempercayainya dan menyebut bahwa Atikus merupakan pahlawan dari Batavia.

                                                         Cerpen dari Riyandi Adityana

No comments: