Disuatu
kota yang bernama kota Batavia. Kota ini dijuluki kota tikus, karena dikota ini
dipenuhi oleh ratusan, bahkan ribuan ekor tikus. Dan disuatu malam yang dingin
karena turunnya hujan, terpikirlah rasa keinginan untuk menghancurkan para tikus.
Ia adalah Prof. Jono, ia merupakan profesor terhebat dikota ini. Tanpa berfikir
banyak, sang profesor pun mencari dan menangkap salah satu tikus yang ada
dikota ini. Dan ia membawa seekor tikus tersebut kedalam lab penelitiannya.
Tikus
yang diambil oleh si profesor merupakan tikus tercerdas dikota ini. Ia adalah
Atikus Ni Colombus, ia juga merupakan lulusan terbaik dan bahkan paling baik
diuniversitas yang ada dikota ini. Dan Atikus adalah pemimpin dari salah satu
organisasi para tikus, yang bernama Laskar Tikus.
Pada
saat penelitian percobaan dimulai, Atikus disuntik bius oleh sang profesor. Dan
Atikus hanya bisa pasrah dan ia menjadi tidak berdaya. Pada saat si profesor
mulai mencoba memasukan beberapa cairan kimia kedalam tubuh Atikus, tanpa
disadari, sang profesor salah memasukan urutan cairan kimia. Dan tubuh Atikus
dengan sangat cepat menyerap segala cairan yang dimasukan oleh si profesor.
Sang profesor-pun bingung, ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Dan akhirnya
si profesor memutuskan untuk membawa pulang dan berniat ingin mengembalikan
Atikus seperti semula.
Diperjalanan
si profesor dihadang oleh beberapa orang perampok yang menggunakan motor. Sang
profesor-pun memberhentikan mobilnya dan berniat untuk pasrah. Namun, tanpa
disadari, Atikus berubah menjadi sebesar manusia, mata sorot tajam, mempunyai
tubuh yang kekar, lalu dijarinya terdapat kuku-kuku yang tajam, dan mempunyai
tangan serta kaki layaknya manusia,
tetapi agak sedikit berbeda. Sang profesor dan para perampok-pun kaget melihat
Atikus. Tanpa banyak pikir, Atikus dengan sadisnya menghabisi para perampok
dengan kuku-kukunya. Lalu sang profesor dan Atikus melanjutkan perjalanan
menuju rumah, dan selama diperjalanan, mereka berdua berbincang-bincang, dan
tanpa disadari Atikus bisa berbicara layaknya manusia.
Sesampainya
dirumah, sang profesor mengatakan kepada Atikus, bahwa Atikus adalah calon
pahlawan dikota Batavia atau kota tikus. Dan sang profesor-pun membuat baju
untuk dipakai Atikus. Atikus-pun berbicara bahwa ia ingin sekali membereskan
kekacauan yang ada dikota ini.Keesokan harinya, sang profesor membawa Atikus
kekantor kepolisian yang ada dikota ini. Dan ia ingin mendaftarkan Atikus
sebagai salah satu dari penegak hukum dikota ini.
Setelah
sebulan ia menjadi salah satu dari kepolisian, sang profesor ditembak mati
dilab penelitiannya oleh penjahat yang belum diketauhi. Atikus-pun kesal dan
ingin membalaskan dendamnya, dengan bantuan para Laskar Tikus dan kepolisian
untuk melacak siapa dan dimana penjahat tersebut. Dan setelah ia mendapatkan
informasi dari para Laskar Tikus, dengan cepat kepolisian dan Atikus menyerang
tempat penjahat itu bermarkas. Dan ternyata penjahat tersebut ialah manusia
berkepala bebek, dan tangan kakinya menyerupai bebek. Dan ia bermarkas disebuah
gorong-gorong bawah tanah dikota ini.
Atikus-pun
menyerang markas manusia bebek. Dan ternyata sulit untuk langsung berhadapan
dengan si manusia bebek, karena harus menghadapi para bebek-bebek yang
bersenjata. Tidak hanya kepolisian dan Atikus, ternyata para Laskar Tikus-pun
ikut membantu. Mereka menyerang dengan menggunakan strategi tipuan. Dan
akhirnya para pasukan bebek tersebut kalah, dan tinggal menghadapi si manusia
bebek. Atikus bertekat untuk membalaskan dendamnya, dengan menghadapi sendirian
si manusia bebek.
Ketika
mereka berdua berhadapan, terjadilah pertempuran antara keduanya. Dengan susah
payah Atikus terus melawan serangan demi serangan yang diberikan si manusia
bebek. Dan dengan kekuatan lompatan dan kuku yang dimiliki Atikus, ia mampu
menghabiskan si manusia bebek tanpa ampun. Dan akhirnya, Atikus-pun dapat
membasmi sekaligus menyelesaikan ambisinya tersebut. Karena kepahlawanan Atikus
membasmi para penjahat, warga kota-pun mulai mempercayainya dan menyebut bahwa
Atikus merupakan pahlawan dari Batavia.
Cerpen dari Riyandi Adityana
No comments:
Post a Comment